Minggu, 05 September 2010

tangis

petir berteriak serak, bulan malam ini kemayu malu-malu
tetap duduk tertunduk, semalaman petir berkecamuk
aku remuk jadi bubuk

aku tak mau berhenti merayapi pipi basah merah merekah
mengapa dia manis sekali hari ini?

merona pipinya, ah! hangat sekali garis bibirnya yang saling tarik dari dua belah pipinya, serakah aku ingin aku saja! biar saja! kau tak usah lebih hebat dari aku.

biar raga tak mau, jiwa ku mau.
siapa berani curi rona nona pagi ini?
siapa berani melihai kata?
penuh daya tarik dan eksotik..

aku selalu kacaukan semuanya, dan dia seolah mengelak
tak menggelak terbahak akhirnya

Ayah-ibu, aku ini apa?