Minggu, 26 Februari 2012

merangkai malam

Perangai yang diakomodasi kosmos, cipta arsitektur artistik melebihi karya terjemahan pustakawan, ruang dan waktu menyebabkan akibat susunan sistemik yang sekilas tanpa batas

Berat terucap akhirnya, ringan hampa jadinya. Beri aku ilmu bagaimana cara menangkap nestapa dan membelenggunya. Hitam dan biru begitu tak punya arwah, padahal sebagai pembangkit sisi emosional, mamalia ini terlena. Bahasa yang membuat semua terungkap. Acak sinar yang keliaran meng-gempita-kan satu per-tiga lolongan yang ada di variabelnya. Tanpa paham kita menganggapnya biasa saja. Dengan terbuka kita mengerti, dengan mengerti kita memaknai.
Dan konsepsi ini menjadi ada.

Seperti tombak resonansi beresolusi tinggi dengan secepat kilat mengehentikan semuanya sekejap sekali. Bahkan retina tak dapat rekam bayangnya. dekapan paling nyaman untuk merebah lelah dan berpeluh kesah. Lingkaran yang selalu dihargai. Hadirnya adalah kenikmatan duniawi. Dengan tatapan sayu selaksa meratap malu yang kian kini kian termangu ragu-ragu.

Selasa, 14 Februari 2012

Februari

tak berbalas kebeningan yang terpenuhi, yang bertanggung jawab adalah media yang jadi alas kaki
sehari menyapa jumpa,jumawa arogansi kering nya gigi bergelayutan tertata rapi menggenangi tekstur rajutan perasaan dari setiap perempuan dan laki-laki

tak pandang berapa banyak rambut putih yang menancap lemah di sekitar ubun-ubun

terus dengan laju pikiran sekuat lokomotif
dorongan kekuatan naluri untuk menelanjangi menjadi motif yang hakiki
dan kebenaran pun ditelanjangi dengan dasar asumsi bahwa ini semua demi kekasih yang dikasihi
ditelanjangi sampai garis batas virginitas terbodohi.

dan menurut kultur yang mulai terukir semuanya hanyalah hal biasa yang dibiasakan terbiasa
yang ditelanjangi dihisap kedalam zona abu-abu dimana benar dimanipulasi budaya, dan waktu.

dengan santun pesan ini disampaikan kepada,
para korporasi yang menghidupkan kembali era libidinal di hari ini

Sabtu, 11 Februari 2012

menjadi utuh

udara mencair.
ah tiada frasa yang dapat utarakan gairahnya, ataupun klausa.
tidak-kah kau rasa dadaku menyempit. dihimpit dinding tak berwujud, dijerembab duri yang melilit

rasa tersiksa begitu akurat menyerang tepat di titik lemah dataran darah,
isolasi ketakutan ini adalah manifestasi dari persuasi sang suara lembut yang menunjukan arah jarum angin

dan sakit ini terlalu menganga terbuka, lalu sepercik marah terpantik, ketka dendam menjadi belukar di sela retak kerimbunan pagaran mental, BERHENTI MEMBUATKU INGIN MATI!! maka biarkan kaki melangkah pergi, membakarmu dan melihatmu mati berdiri.

kini pertunjukan nya berganti, kini tak lagi menjadi romansa, kini ini adalah kisah noir tanpa elegi.