Kamis, 17 November 2011

dibelakang panggungnya

lama tawa berhenti seketika, bercak warna terkedip simpul makna
kemana kaburnya sebuah rencana, kemana hilangnya sedetik wacana?
kemana hilang amuk nafsuku?, ketika nama tergaung melambung

selepas belati kelupas diri, akan-kah tajam nya disadari punya arti tersendiri?
siapa mau rugi? caci sudah tergenang disini! siapa mau mati? tak terlihatkah aku berdiri?!
ekspektasi tak semanis imajinasi.
aku rasa, membakar mereka tak akan mendapat dosa
aku rasa, menikam kedua bola matanya masih wajar-wajar saja
aku rasa, mati adalah terpantas, bukan! sekarat adalah epilognya
aku tak bisa belajar melanggar dan mengingkari kalimat sendiri

maaf pertunjukan nya harus tetap berjalan sampai selesai



untuk seporsi kepalsuan, pengkhianatan, tragedi, dan empati.

Rabu, 16 November 2011

Senandung 5 Musim

Buah Karya, Redemtus De Leviano
http://www.facebook.com/profile.php?id=100000173993361


Jika ini musim Semi biarlah nyanyianku terdengar di sela nafas barumu
Jika ini musim Panas biarlah air mataku menjadi senyuman diantara gelak tawamu
Jika ini musim Gugur biarlah angin menerpa punggungku, agar memori indahmu dapat kau ceritakan bersama kerabatmu
Jika ini musim Dingin biarlah ragaku hilang diremuk dingin agar kau hangat sampai tiba saatnya kau menghirup nafas barumu

Jika musim Berakhir, Aku tahu ini akhir hayat kita, tapi kuberikan nafas terakhirku untukmu meski hanya sedetik saja, agar kau paham betapa berartinya hidupmu

Minggu, 06 November 2011

nyanyian dingin

padam, redup.
sedari november iris pelan-pelan riang yang tadinya terang
sekarang? melodi gamang adalah kudapan
waktu yang tepat untuk beristirahat dari semangat
lalu membuat kepedihan semakin mendekat lalu ketuk pelan bingkai kejiwaan
ini kenikmatan, punya kepuasan
biarkan saja lelap larut di bagian terdalam selimut
biarkan saja dingin mendekap erat biar suatu saat hangat dapat dihargai dan lebur bersama semangat

aku terpesona

langit pucat begitu memikat, darahku melambat
tanah basah kupandang penuh resah
seakan mereka melemah dengan setiap bunyi desah dari angin yang dilempar tajam lalu menusuk

kumohon jangan biarkan semuanya kembali semula. aku benci harus gegap gempita