Kamis, 10 Januari 2013

kemarau

kembali lagi, lagi, diremas belukar waktu hingga lamat lamat jadi lumat. Hingga akhirnya berkerut berkeriput. Masa lampau yang hanya berjarak sejengkal dari detik ini, kapankah berhenti mengintimidasi? Melebur aku dalam tendensi untuk rubuhkan harum darahmu, dan ranum kecupmu

berdiri lagi tinggikan halusinasi, bersama jentik gelap sejenak acak mewarnai, ya warna renung langit yang hadir dalam kadar tiada, yang hanya menenangkan disaat injeksi bius gagasan, semarak berpesta diseluruh riuh detak tubuh!


mengelupas, lagi mengorek. mencipta nganga luka lebar terbuka.


 tantang aku yang sembunyi, tantang aku yang berlari.

ah! mungkin kurang lihai sembunyikan diri, atau kurang kencang kaki berlari
sehingga tetap terlindas cemas dan peduli. sialnya, yang mampus mungkin aku.karena mana mungkin bisa mengulangi hari. dini hari mulai ditindas pagi.

sekaplah, dengan tulus aku mencemaskan desahmu

hunuslah, dengan darah aku memuja bengismu





Untukmu, pemilik liur seduktif