Minggu, 13 Juli 2014

dengan apa aku menghadap

rusak sudah kosmetik malam, lampu kota sunyi yang menyala
sebelum mendung datang seolah mendukung, aku mengikatkan bulan dengan benang
menggiringnya bersama ketukan di depan pintu kamarmu jam 8 malam
tadi berani unggul segunung
terlambat
kata-kata ku runcing bersarang di sudut kedut dahi itu.
apa lagi yang tersisa? yang akan terus ada adalah kesempatan
terlambat
sekarang basa-basi melenturkan sendi-sendi sandiwara
saling tukar ramah menjaga harga peradaban
tersisa keputusan atau keputusasaan
tentu jadi pilihan, dengan apa aku beratap
berharap juang, atau meratap curam.