Minggu, 13 Juli 2014

dengan apa aku menghadap

rusak sudah kosmetik malam, lampu kota sunyi yang menyala
sebelum mendung datang seolah mendukung, aku mengikatkan bulan dengan benang
menggiringnya bersama ketukan di depan pintu kamarmu jam 8 malam
tadi berani unggul segunung
terlambat
kata-kata ku runcing bersarang di sudut kedut dahi itu.
apa lagi yang tersisa? yang akan terus ada adalah kesempatan
terlambat
sekarang basa-basi melenturkan sendi-sendi sandiwara
saling tukar ramah menjaga harga peradaban
tersisa keputusan atau keputusasaan
tentu jadi pilihan, dengan apa aku beratap
berharap juang, atau meratap curam.

Rabu, 15 Januari 2014

hunian alasan

berperan bagai tugu, dengan rupa kemayu. Berkelana tidak demi bijaksana tetapi hanya mencari jawaban yang ingin kamu dengar.
pertimbangan hanya alasan, kala kamu tidak mempertimbangkan 

dan kita hanya terkurung dalam alasan, untuk melakukan atau untuk tidak melakukan.

tetap beralasan.

anjing, pada akhirnya kita cuma jadi pecandu kata dan kelihaian bahasa untuk menang bukan untuk benar

seberapa terik kemampuan, semudah itu kamu si benar
Itu bukan kebenaran kesayangan.. Itu bayangan.

Kamu pun sebenarnya ragu dalam hati kecilmu. Berusaha terus selalu melahirkan karena setelah mengapa, dan melahirkan tapi setelah karena
begitu tahu tujuanmu adalah setuju yang kamu reka sebelum bertemu
percuma mendengar ketika kamu tidak mendengarkan

Teman-teman kau tak akan pernah tahu seberapa redup nyawa mu, Seberapa dekat kau dengan gembur humus.